Rabu, 24 Juni 2009

Kondisi wetland ( lahan basah ) Pesisir Pantai dan Mutu Pelayanan Kesehatan di Desa Pagatan Besar, Kec. Takisung, Kab. Tanah Laut.

Oleh: Rahayu Lina Rahmawati

Kalimantan Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki daerah lahan basah yang diperkirakan luasnya mencapai 382.272 ha dari total wilayah Kalsel sendiri yaitu 37.377,53 km2 . Salah satu kabupaten yang memiliki lahan basah pesisir pantai adalah Kabupaten Tanah Laut yang secara geografis terletak pada 114 30’20’’ – 115 23’31’’ BT dan 3 30’33”-4 11’3” LS. Ibukota provinsi Tanah Laut adalah Pelaihari.

Wetland (lahan basah) menurut Ramsar merupakan lahan yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi surut.

Pada kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mata kuliah Pengenalan Lingkungan Lahan Basah (PLLB) Program Studi Farmasi, Kimia dan Biologi, Fakultas MIPA Unlam melakukan observasi lingkungan lahan basah pesisir pantai yang lokasinya di ambil di daerah kabupaten Tanah Laut. Untuk program studi farmasi sendiri daerah observasi lokasinya di desa Pagatan Besar dan beberapa tempat lainnya. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 8 -11 juni 2009. Hal-hal yang diamati di daerah tersebut mencakup kondisi daerah pesisir pantai, dampak kerusakannya bagi warga setempat serta mutu pelayanan kesehatan di daerah tersebut yang ditunjang dengan eksplorasi tanaman obat yang ada di sana.

Pagatan besar merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Tanah Laut yang letaknya dekat dengan daerah pesisir pantai. Letak desa tersebut berada di Kecamatan Takisung. Takisung sendiri merupakan suatu tempat objek wisata pantai yang ada di daerah Tanah laut. Sebagian besar mata pencaharian warga di sana adalah nelayan. Jenis ikan yang ditangkap adalah rajungan, udang, dan jenis ikan laut lainnya, dan sebagian bekerja sebagai petani. Sawah mereka merupakan sawah tadah hujan sehingga pada musim hujan area sawah tergenang air dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian jika musim kemarau tiba sawah mereka tidak dapat digunakan.

Kondisi pesisir pantai di desa Pagatan Besar cukup memprihatikan karena daerah tersebut telah terjadi abrasi dan kerusakan daerah pesisir pantai tersebut cukup parah. Hutan mangrove yang seharusnya menjadi tempat hidup bagi hewan dan tumbuhan pesisir pantai rusak karena adanya abrasi sehingga banyak tumbuhan dan hewan yang kehilangan tempat habitatnya. Kondisi air laut di sana juga telah berubah. Warna air laut yang seharusnya berwarna biru kehijauan berubah warna menjadi
coklat susu dan tercampur dengan lumpur. Wilayah pesisir pantai tersebut sudah sangat tercemar dengan limbah rumah tangga, sedimen-sedimen dari daratan, dan adanya abrasi pantai yang membuat daerah pesisir pantai tersebut mengalami banyak kerusakan.


Gambar: lumpur yang ada di pinggir pantai
Abrasi pantai merupakan suatu proses perubahan bentuk pantai atau erosi pantai yang disebabkan oleh gelombang laut, arus laut dan pasang surut air laut. Abrasi yang terjadi terus-menerus akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Warna coklat pada air laut disebabkan karena daerah pantai di Pagatan Besar merupakan muara dari alur Sungai Barito sehingga segala hasil sedimen yang berasal dari penambangan batubara, penambangan intan dan penambangan lain-lainnya mengalir ke laut. Sedimen-sedimen tersebut terakumulasi di pantai Akibat abrasi pantai tersebut banyak tumbuhan mangrove yang mati karena terkikis oleh air laut dan akibatnya adalah air laut semakin mendekat ke daratan. Di beberapa bagian pesisir pantai terlihat bahwa lumpur-lumpur yang dibawa air laut semakin hari semakin banyak bertumpuk di pinggir pantai sehingga di beberapa tempat menunjukkan bahwa daratan semakin mengarah ke laut karena lumpur-lumpur yang bertumpuk tersebut semakin membuat luas daratan bertambah tetapi di beberapa tempat justru terjadi pengikisan daratan. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena bentuk pantai yang tidak rata sehingga dibeberapa bagian pesisir pantai ada yang bertambah daratannya dan ada yang telah terkikis.

Air laut yang mendekat ke daratan akan mencemari air tanah yang ada di daratan. Masuknya air laut ke dalam permukaan air tanah disebut dengan intrusi. Air laut memiliki kadar salinitas yang tinggi. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air selain itu salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam air. Air laut yang bercampur dengan air tanah akan membuat rasa dari air tersebut payau. Dikatakan air payau jika konsentrasinya 3-5%. Air yang memiliki rasa payau ini tidak baik untuk dikonsumsi. Warga setempat hanya memanfaatkan air sumur mereka untuk mandi dan mencuci saja sedangkan untuk minum dan memasak mereka lebih memilih untuk membeli air yang berasal dari gunung yang dijual per dirigen. Hasil uji kadar keasaman pH menggunakan pH meter menunjukkan bahwa pH air laut tersebut terletak pada kisaran pH 7-9 dapat diartikan bahwa air laut tersebut memiliki pH basa. Padahal air laut biasanya memiliki pH yang cukup rendah atau memiliki kadar garam yang tinggi. Hasil pengujian dengan pH meter tersebut menunjukkan bahwa daerah pantai tersebut telah tercemar terbukti dari hasil pengukuran pH yang menunjukkan pH basa.


Gambar: Bertambahnya daratan karena adanya endapan lumpur

Hasil wawancara dengan warga setempat menunjukkan bahwa penyakit yang sering di derita oleh warga adalah diare, gatal-gatal, dan jenis penyakit kulit lainnya. Mereka juga mengatakan bahwa jika mereka sakit mereka langsung pergi ke puskesmas dan mengkonsumsi obat yang dijual di pasaran. Selain itu Warga mengaku tidak mengetahui jenis tumbuhan yang dapat di manfaatkan sebagai obat. Hanya orang-orang tertentu yang menggunakan tumbuhan sebagai obat. Puskesmas yang ada di sana ada dua. Masalahnya adalah kurangnya tenaga kesehatan yang bekerja di sana. Untuk pengobatan warga lebih percaya kepada bidan walaupun bidang keahliannya bukanlah diagnosa penyakit selain itu penyerahan obat juga langsung diberikan dari bidan ke pasien. Padahal penyerahan obat merupakan pekerjaan farmasis tetapi karena kekurangtersediaan tenaga kesehatan maka hal itu terpaksa di lakukan.

Seandainya warga mengetahui, banyak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat, warga setempat kurang mengeksplorasi tumbuhan yang hidup di sana. Jenis tumbuhan yang hidup di daerah itu rata-rata hampir sama dengan daerah lain di Kalsel seperti galam , kelakai (Stenochlaena Palustris), karamunting(Rhodomyrtus tomentosa), purun tikus (Eleocharis dulcis), teratai, dan jenis tumbuhan lain yang habitatnya di lahan basah. Tumbuhan seperti kelakai (Stenochlaena Palustris) dan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dapat dimanfaatkan untuk mengobati diare selain itu karamunting juga dapat mengobati diabetes mellitus, purun tikus juga memiliki manfaat sebagai indikator adanya kandungan logam di area tersebut selain itu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan tangan. Banyak tumbuhan yang hidup di lahan basah memiliki nilai ekonomi yang tinggi hanya perlu pemanfaatannya yang dimaksimalkan. Untuk pemanfaatan tumbuhan obat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan senyawa kimia yang ada di tumbuhan tersebut yang berefek sebagai obat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah maupun mengurangi dampak dari kerusakan daerah di pesisir pantai di Pagatan Besar yaitu dengan cara:
  1. Menanam kembali hutan mangrove yang bermanfaat sebagai barrier dan sebagai habitat alami dari tumbuhan dan hewan pesisir. Jenis mangrove yang dapat di tanam di sana adalah jenis api-api karena masih ada lumpur untuk tempat tumbuhnya
  2. Membuat bangunan pemecah ombak atau siring sehingga proses abrasi dapat dikendalikan
  3. Menanan terumbu karang yang digunakan untuk menyerap logam berat yang mencemari lautan
  4. Memberikan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya lautan sebagi tempat mencari nafkah, dan sebagai suatu ekosistem yang perlu di jaga demi kelangsungan hidup semua organisme .
  5. Meningkatkan peran aktif pemerintah dan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitar pantai.
Tetapi kendala yang harus dihadapi untuk upaya pencegahan tersebut adalah:
  1. Benih mangrove yang mau ditanam tidak mau tumbuh-tumbuh di daerah tersebut, karena terbawa oleh gelombang air laut.
  2. Biaya operasional yang cukup tinggi dalam pembangunan siring
  3. Untuk menanan terumbu karang dibutuhkan waktu ratusan tahun agar dapat hidup,dan berbagai kendala lainnya.
Untuk mencegah maupun memperbaiki daerah tersebut ternyata masih banyak kendala yang harus di hadapi tetapi paling tidak dari hal kecil maka akan berbuah pada hal yang lebih besar seperti memberikan kesadaran pada masyarakat untuk menjaga lingkungan pantai sehingga kerusakan dapat diminamalisir.

Selain itu dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat perlu dilakukan seperti:
  1. Memberikan sosialisasi maupun penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, seperti perbaikan salinitas dan sanitasi warga di sana agar lebih baik
  2. Menambah jumlah tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, farmasis agar mutu pelayanan kesehatan dapat lebih baik
  3. Mensosialisasikan pada warga tentang penggunaan obat yang baik dan benar
  4. Serta sosialisasi tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat sehingga warga tidak selalu menggunakan obat sintetis tetapi dapat diimbangi dengan obat herbal sebagai penunjang.

Sabtu, 14 Maret 2009

LAHAN BASAH DI DESA TUNGKARAN, KECAMATAN MARTAPURA TIMUR KALIMANTAN SELATAN

Oleh: Rahayu Lina Rahmawati

Area lahan basah di Indonesia sangat luas dan banyak, hampir seluruh daerah di Indonesia memilikinya, ada yang sudah mengalami alih fungsi dan ada juga yang masih alami. Menurut konvensi RAMSAR, lahan basah (wetland) diartikan sebagai lahan yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi surut.

Gambar 1: area lahan basah di Desa Tungkaran Kec. Martapura Timur, Kalsel

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki area lahan basah adalah Kalimantan Selatan. Di daerah ini banyak ditemukan area lahan basah seperti lahan gambut, rawa air tawar, hutan bakau, rawa pasang surut. Contoh lahan basah di kawasan Kalimatan Selatan dapat ditemukan di Desa Tungkaran, Kecamatan Martapura Timur. Kawasan ini terletak pada titik koordinat 3 37'22.8"LS - 114 42'09.2" BT. Lahan basah di desa tersebut dapat dimasukkan ke dalam tipe rawa air tawar, karena lahan basah tersebut digenangi maupun dialiri oleh air tawar yang melintas dan menuju sungai besar yang ada di sekitarnya.

Untuk menuju area tersebut jarak yang ditempuh sekitar 5 km dari kota Martapura atau dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor. Di sepanjang jalan banyak ditemukan tambak-tambak ikan milik warga setempat. Mereka membudidayakan ikan air tawar seperti ikan nila, patin, mas, dan bawal. Ketika sampai, sepanjang mata memandang hanya terlihat hamparan luas tumbuhan eceng gondok dan beberapa tumbuhan liar yang juga tumbuh di sana. Daerah tersebut hanya dipisahkan oleh jalan raya yang telah dibuat oleh pemerintah setempat. Eceng gondok yang hidup di sisi kiri dan kanan jalan tumbuh sangat subur , hampir seluruh area tertutupi oleh tumbuhan ini, sehingga tidak ada celah bagi kapal (jukung) untuk melintasi area tersebut. Kondisi lingkungan di sana masih baik, belum terjadi pengalihan lahan basah yang sangat signifikan. Warga setempat hanya membuka lahan basah di sekitarnya untuk area tambak ikan. Hanya saja, Kondisi air yang dekat dengan sisi badan jalan mulai tercemar akibat limbah rumah tangga dan kurang sadarnya warga akan lingkungan sekitar sehingga banyak sampah yang bertumpuk di pinggiran jalan. Bagi warga yang memiliki hobi memancing area ini sering digunakan untuk menyalurkan hobi. Menurut pengakuan bapak Fadil, beliau sering memancing di area tersebut untuk menyalurkan hobi. Jenis ikan yang dapat di pancing di sana diantaranya adalah ikan sepat siam, pepuyu dan haruan.

gambar 2: tumbuhan eceng gondok

Gambar 3: tumbuhan teratai putih

gambar 4: tumbuhan kangkung

Selain eceng gondok terdapat tumbuhan lain yang juga hidup di sana seperti tumbuhan kangkung air, teratai putih, padi, kelakai, dan beberapa jenis tumbuhan liar lainnya. Jika ingin menemukan tumbuhan tersebut cukup berjalan beberapa meter dari lahan yang ada maka akan ditemukan area yang lebih luas dengan kondisi yang berbeda. Perbedaan kondisi alamnya terlihat dari pertumbuhan eceng gondok yang tumbuh berkurang dan di gantikan oleh tumbuhan teratai putih serta tumbuhan kangkung air, beberapa warga telah membuka lahan untuk di tanami padi. Di tengah-tengah rawa di temukan beberapa gubuk yang telah rusak, diperkiraan gubuk-gubuk tersebut digunakan untuk menjaga lahan. Rusaknya gubuk-gubuk tersebut di karenakan banjir yang sering melewati lahan ini. Hewan yang hidup di sana selain ikan sepat, pepuyu, dan haruan juga ada bebek yang sengaja di pelihara oleh warga.

Gambar 5: Tumbuhan air yang hidup di lahan basah

Lahan basah di desa Tungkaran sebenarnya dapat dimanfaatkan baik dari segi ekonomi, ekologi maupun budaya. Manfaat dari segi ekonomi yaitu lahan basah di sana dapat digunakan untuk membudidayakan hewan maupun tumbuhan yang bermanfaat. Misal lahan basah tersebut digunakan untuk budidaya ikan air tawar sehingga dapat meningkatkan penghasilan warga setempat. Selain itu tumbuhan eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk kerajinan seperti pembuatan tas, sandal, tikar, dsb. Tumbuhan kangkung, padi, kelakai dapat dapat dijual maupun dapat dikonsumsi oleh warga untuk memenuhi kebutuhan. Manfaat dari segi ekologi, dengan adanya lahan basah maka dapat menjaga ekosistem lingkungan perairan sehingga kelangsungan hidup hewan maupun tumbuhan di sana tetap terjaga dengan baik, selain itu area tersebut menjaga habitat yang ada agar tidak punah. Manfaat dari segi budaya yaitu sebagai penduduk Kalimantan yang dominan hidupnya di atas air keberadaan lahan basah sangat mempengaruhi aktivitas penduduk karena segala bentuk kegiatan di lakukan di sana. Sehingga keberadaan lahan basah sudah menjadi bagian dari budaya penduduk Kalimantan.

Ditinjau dari segi ilmu farmasi keberadaan lahan basah ikut berperan dalam penemuan obat baru dari bahan alam, sesuai dengan visi Program Studi Farmasi F-MIPA Unlam yaitu menjadi lembaga pendidikan tinggi farmasi unggulan dengan menerapkan ilmu dan teknologi secara optimal sehingga dapat menghasilkan SDM farmasi sesuai dengan tuntutan kompetensi serta memiliki keunggulan kompensasi global dengan ciri lingkungan lahan basah dan hutan tropis dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Maka keberadaan lahan basah dapat menunjang kegiatan penelitian untuk menemukan tumbuhan maupun hewan yang berkhasiat sebagai obat dan dapat di kembangkan menjadi produk obat bahan alam dengan teknologi yang memadai. Penelitian-penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memanfaatkan tumbuhan yang biasa hidup di lahan basah seperti tumbuhan kelakai, eceng gondok, teratai dan tumbuhan lainnya untuk diteliti kandungan senyawa aktif yang berkhasiat sebagai obat.

Keadaan area lahan basah di desa Tungkaran, Kec. Martapura timur Kalsel


gambar: Bapak Fadil dan hasil tangkapannya



gambar: area lahan basah di desa Tungkaran